Semua orang Yahudi yang sudah dewasa dituntut untuk mengikuti beberapa pelayanan keagamaan yang dipusatkan di Bait Allah. Paling tidak mereka akan mengikuti tiga hari raya. Salah satunya adalah Paskah.
Tiap kali suatu hari raya keagamaan diperingati di bait Allah Yerusalem akan penuh sesak dengan orang Yahudi dari berbagai tempat, baik yang dari wilayah Israel maupun negara lain. Mereka ingin menunaikan kewajiban agama mereka. Untuk itu mereka memerlukan hewan korban dan uang khusus untuk pembayaran ke bait Allah. Persoalannya, bagaimana mereka harus membawa hewan-hewan itu bepergian bersama mereka? Bagaimana pula mereka bisa mendapatkan uang khusus tersebut di negara mereka masing-masing?
Sebagai solusi, para imam telah mengizinkan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan ibadah dari para peziarah. Mereka berjualan di halaman bait Allah atau di sekitar luar bait Allah. Kita tidak tahu persis barang apa saja yang mereka jual. Kita pun tidak tahu daerah mana saja di area bait Allah yang dijadikan tempat berjualan, penulis hanya mencatat tentang para penjual kambing-domba, lembu, burung merpati, dan penukar uang.
Dari penjelasan di atas telihat bahwa motivasi awal di balik praktek penjualan hewan korban dan uang bea bait Allah adalah baik. Sangat tidak nyaman apabila para peziarah harus membawa binatang- binatang jauh-jauh dari tempat asal mereka. Mereka
pun akan mengalami kesulitan mendapatkan mata uang khusus yang diperlukan. Jadi, perdagangan ini membuat praktek ibadah bangsa Yahudi menjadi lebih nyaman.
Jika praktek perdagangan di bait Allah memang dilandaskan pada upaya untuk membuat ibadah menjadi lebih nyaman, apa yang salah dengan hal itu? Mengapa Yesus perlu mengusir para pedagang?
Leave a reply