Teguran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang guna memperingatkan orang lain atas perkataannya atau tindakannya sehingga orang tersebut dapat memperbaiki diri dan tidak melakukan kembali perbuatannya yang kurang berkenan. Teguran dapat disebut juga sebagai suatu kritikan. Mengapa ada teguran? Karena ada tindakan atau perkataan yang salah, yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku atau pemahaman atau pengajaran yang salah.
Adakah di antara kita yang tidak pernah melakukan tindakan atau perkataan yang salah, yang tidak sesuai dengan aturan? Atau juga, adakah di antara kita yang tidak pernah jatuh dalam dosa? Semua kita pasti pernah melakukan kesalahan, baik itu yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Dalam konteks relasi kita dengan Tuhan, kita pasti pernah jatuh dalam dosa. Semua tindakan dan perkataan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan adalah dosa.
Bagaimana Tuhan memandang orang atau kita yang telah jatuh dalam dosa?
Pada prinsipnya ada kerinduan bagi Allah agar umat-Nya yang telah jatuh dalam dosa dapat dipulihkan. Kita dapat melihatnya dalam Yehezkiel 33 ayat 11, di mana dinyatakan bahwa, “Tuhan tidak berkenan kepada kematian orang fasik melainkan berkenan kepada pertobatan orang fasik dari tingkah lakunya supaya ia hidup. Bertobatlah dari hidupmu yang jahat.”
Selanjutnya, apa yang Tuhan inginkan dari umat-Nya terhadap orang orang yang telah jatuh dalam dosa?Matius 18 ayat 15 – 20 berbicara tentang bagaimana cara menegur saudara kita yang kedapatan berdosa. Ini berarti Tuhan menginginkan supaya kita tergerak untuk menjadi umat yang dipakai Allah untuk memulihkan mereka yang telah jatuh dalam dosa, dengan cara memberikan teguran. Teguran yang bagaimana….? Untuk menjawab pertanyaan ini, baiklah kita memperhatikan bagaimana Yesus memberikan petunjuk untuk bersikap kepada mereka yang telah jatuh dalam dosa Prinsip yang ingin ditegaskan oleh Yesus dalam bagian ini adalah untuk mengembalikan seseorang yang telah jatuh dalam dosa tersebut dalam persekutuan kembali. Bisa saja seseorang yang jatuh dalam dosa tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan dosa, sehingga dengan pendekatan pribadi secara empat mata, diharapkan tidak akan menimbulkan rasa dipermalukan bagi orang yang bersangkutan.
Untuk itulah, teguran yang disampaikan adalah teguran yang harus dibalut dalam kasih, dan semangat untuk memulihkan mereka sehingga mau mengakui dosanya dan kemudian bertobat, serta kembali dalam persekutuan kasih dengan umat-Nya.Teguran yang dimaksud disini membutuhkan kasih yang tulus, tanpa niatan yang jahat sebagaimana yang juga diingatkan oleh Paulus kepada jemaatnya di Roma, agar dalam kehidupan bersama mereka sebagai umat Allah, hidup saling mengasihi sebagai pemenuhan atas hukum Taurat (Roma 13 : 9b – 10).
Namun demikian, tidak jarang karena kekerasan hati, maka seseorang yang telah jatuh dalam dosa tidak mau mendengarkan teguran kita. Ketika hal ini terjadi, janganlah membuat kita menggunakannya sebagai dasar pembenaran untuk berdiam diri. Apabila teguran kita yang sudah disertai dengan satu atau dua orang saksi tetap tidak membawa mereka yang telah jatuh dalam dosa kepada pengakuan, penyesalan dan pertobatan, maka haruslah kita membawa perkara tersebut kepada pemimpin jemaat yang dianggap bijak dan berhikmat untuk menjadi penasihat. Walaupun telah dilakukan upaya sedemikian rupa, bisa saja respon yang diberikan oleh mereka yang telah jatuh dalam dosa adalah tetap mengeraskan diri dan tidak mau bertobat.
Dalam hal terjadi keadaan yang demikian, tangan umat Allah harus selalu tetap terbuka atas mereka untuk memberi kesempatan kepada mereka bertobat dan kembali dalam persekutuan dengan Allah. Sikap tangan terbuka ini juga harus diwujudkan dalam doa kepada Allah agar berkenan untuk mengetuk dan mengubah hati mereka yang telah jatuh dalam dosa tersebut, supaya mau bertobat dan kembali dalam persekutuan dengan Tuhan, sesuai dengan prinsip kasih Tuhan bahwa ada kerinduan besar bagi Allah dan umat-Nya, untuk menarik kembali mereka yang jatuh dalam dosa, untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah. (ER)
Leave a reply