
Sudah sejak ribuan tahun lalu, Nusantara telah menjadi daya tarik berbagai bangsa di dunla termasuk bangsa daratan Tiongkok. Mereka datang dan bermukim ke bumi Nusantara, bahkan sebagian besar bangsa lndonesia modern saat ini memiliki nenek moyang yang berasal dari daratan Tiongkok.
Pada umumnya orang Tionghoa yang menetap di Nusantara memegang teguh kepercayaan leluhunya yaitu “Sam Kauw” yang merupakan asimilasi dari 3 agama yaitu: Konghucu, Taoisme dan Budha. Mereka tidak begitu mudah untuk beralih agama. lni adalah tantangan bagi upaya penginjilan kepada etnis Tionghoa.
Pada saat kolonial Belanda menguasai Nusantara, ada upaya-upaya penginjilan yang dilakukan oleh lembaga misi Belanda kepada kaum Tionghoa. Mereka adalah :
• GIUZ (Genootschap voor In -ex Uitwendige Zending) sebuah lembaga misi yang khusus merencanakan penginjilan kepada orang Tionghoa.
• NZV (Nederlansche Zending Vereeniging) yang banyak melakukan misi kepada orang Sunda dan Jawa namun kemudian mengembangkan pelayanannya kepada orang Tionghoa.
Selain oleh lembaga misi, pekabaran injil juga dilakukan oleh orang Tionghoa sendiri. Tuhan Yesus memakai mereka sehingga penginjilan lebih cepat diterima. Ada banyak penginjil Tionghoa yang berperan membangun gereja Kristen Tionghoa khususnya di Pulau Jawa. Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) adalah gereja Tionghoa yang berdiri atas hasil upaya para penginjil Tionghoa. THKTKH inilah yang menjadi cikal bakal GKI. Di dalam artikel ini kita akan belajar dari seorang tokoh Tionghoa yang berjasa mendirikan jemaat Kristen Tionghoa mula-mula di kota lndramayu, Jawa Barat yaitu Ang Boen Swi dan anaknya Ang Dji Gwan. Mereka adalah orang Tionghoa di Jawa Barat pertama di dalam sejarah yang dibaptis menjadi Kristen.

Ang Boen Swi, seorang pedagang yang tinggal di kota lndramayu (Jawa Barat), adalah seorang yang giat mencari kebenaran. Semula dia sangat rajin menelaah agama leluhurnya namun dia tidak menemukan kepuasan. Dia sempat mempelajari agama Islam, namun ternyata dia pun belum menemukan jawaban yang membuatnya tenang. Pada suatu hari dia bertemu dengan seorang Belanda yang sedang membaca Alkitab di Karangampel sebuah lokasi yang jauhnya beberapa kilometer dari lndramayu saat mengurus barang dagangannya. Ang Boen Swi bertanya kepada orang Belanda itu apa yang dia baca. Orang Belanda itu menjawab bahwa dia sedang membaca Alkitab dan menerangkan garis besar isi dari Alkitab yaitu tentang kabar keselamatan di dalam Kristus yang menjadi dasar iman agama yang dianutnya yaitu Kristen. Belakangan Ang Boen Swi mengetahui bahwa orang Belanda yang ditemuinya itu adalah seorang pendeta Belanda yang melayani di Cirebon. Namanya Pendeta J.A.W. Krol.
Sejak pertemuan itu Ang Boen Swi seperti tergerak untuk mengetahui lebih dalam tentang kekristenan. Dan suatu hari di memutuskan untuk berjalan kaki ke Cirebon menemui Pdt. Krol. Di dalam pertemuan itu Boen Swi banyak bertanya tentang keselamatan di dalam Kristen. Pada saat berpamitan pulang, Krol meminjamkan Boen Swi sebuah Alkitab berbahasa Jawa.
Alkitab itu dibawa pulang don dibaca berulang-ulang dengan teliti. Sampai pada suatu ketika dia berteriak, “lnilah emas tulen yang aku cari selama ini!”. Sejak itulah dia merasa hidupnya penuh dengan damai. Dia kemudian mengajak seluruh anggota keluarganya membaca Alkitab. Anaknya yang tertua, Ang Dji Gwan sempat menentang keras ayahnya tetapi akhirnya dia luluh setelah membaca Alkitab. Selain anggota keluarganya sendiri, Ang Boen Swi mengajak juga keluarga-keluarga lain.
Pada tanggal 13 Desember 1858, keluarga Ang Boen Swi dan beberapa keluarga lainnya di lndramayu menerima baptisan yang dilayani oleh Pdt. J.A.W. Krol. Ang Boen Swi dan anaknya Ang Dji Gwan sangat rajin melakukan pelayanan pekabaran lnjil kepada orang Tionghoa. Rumah mereka menjadi pusat kegiatan umat Kristen Tionghoa di lndramayu. ■ (tso)
Pelajaran yang didapat dari Kisah Ang Boen Swi dan Ang Dji Gwan:
1. Tuhan memiliki kuasa untuk memanggil siapa pun menjadi saksi-Nya.
2. Alkitab adalah bacaan yang memiliki kuasa
3. Sejak menerima panggilan Allah, Ang Boen Swi don Ang Oji Gwan tidak berhenti bersaksi.
Sumber: Chris Hartono, Orang Tionghoa don Pekabaran lnjil (Toman Pustaka Kristen-1996)
Leave a reply