Dalam pelayanan di gereja atau di tengah jemaat, kadang kita menjumpai rekan – rekan yang bertingkah over acting (istilah kepada sesorang yang merasa dirinya paling hebat). Orang seperti ini biasanya tidak bisa bertahan lama karena terlalu tinggi hati dan merasa dirinya paling pandai, seringkali mengalami benturan dengan rekan-rekan sepelayanan lainnya.
Sama halnya dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita merasa diri kita paling hebat dan merasa kehebatan atau potensi yang kita miliki adalah berasal dari kekuatan diri kita sendiri. Kita cenderung merasa bahwa diri kita-lah yang hebat.
Semangat tersebut tak jarang merasuk dalam kehidupan beriman umat Tuhan. Umat Tuhan dapat menjadi seorang yang mendamba kesuksesan dalam statusnya sebagai umat Tuhan. Bila mengalami pergumulan tak jarang ia akan menjadi pribadi yang menagih bukti dari Tuhan. Namun, saat tak ada pergumulan ia hanya berfokus pada diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya semata.
Dalam bacaan Markus 5:21-43 yang menceritakan tentang dua orang dengan latar belakang yang kontras datang kepada Yesus. Orang pertama adalah Yairus, seorang laki-laki, kepala rumah ibadat. Yairus dapat saja seorang yang memiliki jabatan religius yang tinggi dan sangat mungkin memiliki kesejahteraan finansial.
Sementara orang kedua yaitu seorang perempuan tanpa disebutkan namanya -yang artinya tidak terlalu penting untuk dikenal- sedang alami sakit pendarahan secara organisasi kondisi tidak bersih/tahir dan sangat mungkin mengalami juga persoalan keuangan karena pengobatan berkelanjutan yang harus ditempuhnya. Adapun kesamaan di antara keduanya adalah kenyataan bahwa mereka memiliki pergumulan yang sama seriusnya.
Leave a reply