Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Injil Matius merupakan salah satu dari ke-4 Injil yang mengajarkan tentang Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah. Oleh karena itu Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan nubuat para Nabi tentang Mesias, dan di dalam Yesus-lah kemuliaan Kerajaan Allah merangkul setiap orang percaya dan ketika kita mengikut Dia, maka layak menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.
Di dalam ajaran-Nya, Yesus senantiasa memberi gambaran tentang Kerajaan itu dan syarat untuk masuk ke dalamnya, dan Dia selalu ingin agar setiap orang mau dan bisa menjadi bagian dari keluarga Kerajaan itu. Dalam bacaan Injil Matius 13:1-9, 18-23, Yesus menyampaikan perumpamaan sebagai “tips khusus” bagi pengikut-Nya agar mereka bisa menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.
Maka untuk mempermudah pemahaman dari para pengikut-Nya, Yesus memberi perumpamaan tentang seorang penabur, benih dan lahannya.
Penginjil Matius mencatatkan sebuah peristiwa penting di tepi danau di mana Yesus diikuti banyak orang lalu Dia menyingkir ke tengah danau dan duduk diatas sebuah perahu. Banyak orang datang kepada-Nya untuk mendengar perkataan-Nya. Dari atas perahu, Ia berbicara dengan mereka dalam bentuk perumpamaan tentang pentingnya mendengar Firman. Ia memberi perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur benih.
Benih yang ditabur itu jatuh di tempat-tempat sebagai berikut :
1. Di pinggir jalan sehingga burung-burung memakannya (ay. 4).
2. Di tanah yang berbatu, tidak banyak tanahnya, benih segera tumbuh karena tanahnya tipis. (ay. 5) Namun tumbuhan baru itu segera layu dan mati karena tidak berakar.
3. Di semak berduri yang masih kecil, lama kelamaan menjadi besar, menghimpitnya dan tanaman itu mati. (ay. 7)
4. Di tanah yang baik sehingga menghasilkan buah seratus kali lipat, enam puluh kali lipat dan tiga puluh kali lipat. (ay. 8)
Lalu Yesus mengakhiri perumpamaan dengan mengatakan: “Siapa yang bertelinga hendaklah ia mendengar”. Melalui perumpamaan itu, Yesus menjelaskan bahwa benih yang ditaburkan adalah FIRMAN ALLAH atau “firman tentang Kerajaan Allah.” Namun, Firman ini tidak memberikan hasil yang sama di semua tempat, karena tergantung pada tanah di mana Firman itu ditaburkan.
Memahami bacaan di atas, seringkali dalam realita kehidupan orang percaya sebagaimana ayat 4 – 7, kita melihat bahwa benih dari SANG PENABUR yaitu ALLAH tidak diterima oleh “tanah” yaitu kita sebagai tempat dimana benih itu ditabur, mulai dari ke-tidak-mengertian tentang Firman-NYA oleh karena tiada penyertaan ROH ALLAH dalam hati, kerasnya hati kita sehingga ada penolakan akan Firman itu, dan ke-tidak-yakinan kita akan Firman-Nya karena terlalu dipengaruhi besarnya kekuatiran kita sebagai prioritas kehidupan duniawi sehingga benih-benih itu tidak bertumbuh dan berbuah.
Sebaliknya pada ayat 8, kita melihat bilamana “tanah” yaitu tanah yang baik akan menghasilkan apa yang diinginkan oleh SANG PENABUR. Makna dari ayat ini adalah Yesus menjelaskan “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
Memang kita semua menyadari bahwa tidak ada pohon yang jadi dengan instan begitu ditanam, tetap ada proses yang harus dialami dan dihadapi. Begitu pula dengan perumpamaan diatas tentang benih, mulai dari Benih (firman) harus ditanam di lahan (hati) yang tulus dan mau menerimanya, sampai pertumbuhan dan pemeliharaan yang baik, disamping itu ada pula tantangan cobaan dan lain-lain yang menggoyahkan kehidupan kita.
Kita percaya bahwa buah iman orang Kristen yang baik dan benar akan mendatangkan sukacita dan berkat bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen yang berbuah adalah orang yang mau mendengar firman Tuhan, mengerti akan perintah Tuhan dalam firman-Nya dan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan manusia, maka buahnya tidak hanya akan dinikmati sendiri, namun juga orang yang ada di sekitarnya.
Sesuai dengan tema minggu ini yaitu Penabur yang setia diberikan bagi kita, maka ada 2 hal yang setidak-tidaknya bisa menjadi tolok ukur dasar pemikiran dalam pertimbangan tentang bagaimana kita memilih dan melakukan kehendak-Nya.
• Yang pertama bacaan Lukas 8 : 18 mengingatkan tentang bagaimana menyiapkan hati kita sebagai lahan yang baik dengan cara mendengar Firman-Nya dan tentu melakukannya seturut kehendak-Nya.
• Yang kedua bacaan Yesaya 55 : 10-11 sesungguhnya meyakinkan kita bahwa demikianlah Firman-Nya Amin karena tidak kembali kepada kepada-Nya dengan sia-sia.
Sebagai penutup renungan ini, setelah menjadi wadah bagi benih Firman-Nya, marilah kita sebagaimana pengikut Yesus sama-sama termotivasi sebagai Penabur yang setia dalam melaksanakan dan merealisasikan perintah-Nya untuk mengundang sesama kita menjadi anggota Kerajaan Allah dengan memberitakan Firman-Nya. Kita tahu memang tidak mudah untuk menjalaninya, karena dunia akan menolak bahkan bisa saja “menghukum” kita, tetapi percayalah ada harga yang sudah ditebus ketika kita semua menjadi keluarga Kerajaan Allah di Surga yang kekal…Amin. (lk)
Leave a reply