“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Martir (bhs. Inggris, Martyr; bhs. Yunani, Martur, berarti “saksi”, yang menunjuk kepada seorang yang menyatakan apa yang telah ia lihat, dengar atau ketahui.” Sebagai murid, pewarta dan pelayan Kristus, kita seringkali terjebak dalam “zona nyaman”, di mana kita merasa nyaman menjalani pelayanan sesuai selera kita, merasa berhasil dalam pelayanan, sukses, dan merasa mendapat banyak berkat, serta pujian. Namun, panggilan kita adalah menjadi saksi yang hidup. Saksi yang mau menyatakan kebaikan Tuhan lewat perkataan dan perbuatan kita.
Yesus mempersiapkan para murid menjalani tugas perutusannya untuk menghadapi tantangan dan penderitaan yang tidak mudah. Sama seperti Yesus sendiri yang banyak dimusuhi orang-orang Yahudi. Para murid pun perlu bersiap dimusuhi. Dalam masa pelayanan yang Yesus kerjakan, tidak jarang Ia mengalami tantangan, fitnahan, penolakan, sampai menderita di kayu salib! Oleh karena itu, pada Matius 10:24, Ia berkata kepada para murid : “Seorang murid tidak diterima lebih baik dari gurunya, atau seorang hamba dari tuannya,” atau dengan pengertian lain, “janganlah kalian menyangka bahwa kalian akan diperlakukan lebih baik daripada gurunya, dan seorang pelayan tidak mungkin diperlakukan lebih baik daripada majikannya.”
Mazmur antar bacaan kitapun mengisahkan kesesakan yang dialami oleh pemazmur. Mazmur 69:8-19 mengisahkan doa permohonan pemazmur yang sedang mengalami kesesakan. Kondisi inilah yang membuat pemazmur memohon kekuatan dan pertolongan dari Allah dalam kesesakannya. Ia berkata : “Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh-musuhku. Engkau mengenal celaku, maluku, dan nodaku; semua lawanku ada di hadapan-Mu” (Mazmur 69:19-20). Selain itu, penderitaan pun dihadapi oleh Nabi Yeremia dalam bacaan kita yang pertama. Sebagai nabi, Ia mengalami tekanan di tengah jabatannya (Yeremia 20:7-13). Dengan jelas Yeremia menyampaikan keluh kesahnya, dimana dalam menjalani jabatannya ia diolok, diejek, dan dicemooh. Semua itu diterima Yeremia karena menyampaikan pesan Tuhan.
Alkitab banyak sekali menceritakan tokoh yang menjadi saksi bagi Tuhan. Pengalaman mereka dalam menghadapi perkara senantiasa dalam penyertaan Roh Kudus. Para saksi Injil Kristus memiliki kuasa dan kemampuan dalam menghadapi penderitaan adalah kekuatan dari Roh Kudus. Sebaliknya, bila di tengah kesaksian dia hanya mengandalkan dirinya sendiri, maka dia tidak akan mampu menghadapi penderitaan yang timbul saat melakukan pekerjaan Tuhan.
Sekali lagi, orang-orang percaya dan gereja, di panggil untuk melanjutkan kesaksian itu hingga ke ujung bumi, sampai segala suku bangsa menerima pemberitaan Injil Kerajaan Allah.
Akhirnya, jika menemukan hambatan dan tantangan menjadi saksi-Nya, tetaplah setia dan penuh hikmat di dalam Tuhan. Jangan takut menjadi saksi Kristus, sebab Tuhan Allah yang menghendaki kita menjadi saksi-Nya. Lebih takutlah kepada Dia yang berkuasa membinasakan, baik jiwa maupun tubuh, daripada kepada manusia yang hanya berkuasa membinasakan tubuh (Matius 10:28).
Kita semua adalah saksi Kristus. Oleh karena itu, seperti kata Tuhan Yesus Kristus, “Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29b). Keyakinan ini meneguhkan kita untuk menjadi saksi Kristus. Amin!
[KWH]
Leave a reply