Minggu Palma ini kita menghaya kemuliaan Yesus yang masuk ke Yerusalem untuk mengalami penderitaan, kema an dan kebangkitan-Nya dengan cara sederhana. Kala itu seseorang yang dianggap mulia biasanya diarak dengan menaiki kuda yang gagah. Hal ini dilakukan oleh para pemimpin Romawi. Mereka menaiki kuda yang gagah untuk menunjukkan eksistensi kekuasaannya.Cara Yesus menunjukkan kemuliaan-Nya berbeda dengan pemimpin Romawi. Ia memilih menggunakan keledai sebagai tunggangan-Nya. Keledai sering dinilai dungu dan lamban.
Namun di balik pandangan khalayak ramai tentang keledai yang semacam itu, ternyata keledai memiliki keunggulan. Hewan ini bisa dimiliki semua kalangan karena harganya murah; bisa berjalan di jalan bebatuan, tahan haus. Di sini keledai menjadi simbolisasi cara Allah bekerja. Ia bekerja dengan cara yang tampak sederhana, biasa-biasa saja, namun menjangkau semua kalangan. Keberadaan keledai menyadarkan para murid akan kemesiasan Yesus. Berbeda dengan Injil paralel yang menulis kesadaran para murid justru setelah Yesus bangkit. Para murid tercelik dan mengingat nubuat nabi Zakharia (Za 9:9). Keledai dalam kitab Zakharia menunjukkan kehadirannya yang membawa kemenangan bagi bangsa Israel. Sementara keledai di kitab Yohanes membawa Yesus pada penderitaan-Nya yaitu peperangan melawan maut. Persamaannya, keledai dipilih sebagai hewan yang berperan pen ng membawa keselamatan. Peperangan Yesus bersama keledai semakin menyimbolkan kesiapannya berperang dak dengan gagah, ganas, dan kejam, namun dengan rendah ha dan lembut, termasuk juga bagi mereka yang terdiskreditkan. Hanya dengan keledai dan palem, kemuliaan Yesus sudah dinyatakan.
Leave a reply