Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan diri
Yesaya 64:1-9 | Mazmur 80: 2-8, 18-20 | 1 Korintus 1:3-9 | Markus 13:24-37
Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan diri
Yesaya 64:1-9 | Mazmur 80: 2-8, 18-20 | 1 Korintus 1:3-9 | Markus 13:24-37
Umat Israel dalam permohonannya kepada Tuhan sangat berharap kepada kasih Tuhan yang besar. Keselamatan mereka hanya ada pada Tuhan, menanti dan berharap keselamatan Tuhan segera tiba. Penantian keselamatan yang diharapkan oleh umat Israel sebagaimana yang telah dinubuatkan melalui Yesaya, bahwa Allah akan mengutus Mesias untuk menyelamatkan umat-Nya, bahkan seluruh bumi dalam perjanjian yang baru telah digenapi dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dalam memasuki masa Advent, kita diingatkan bagaimana sesungguhnya kita memaknai masa advent dengan penuh kesungguhan. Sehingga perayaan Natal dapat kita syukuri sebagai kasih Tuhan yang nyata atas kehidupan kita. Dalam masa Advent, kita diajak menyadari bahwa hanya Allah pertolongan dan pengharapan kita. Betapa kita memerlukan pertolongan Tuhan akan segera tiba menyelamatkan kita.
Advent adalah masa untuk merenung, berhenti sejenak melihat diri kita, dan makin fokus pada kasih Tuhan. Semua dilakukan dengan kesungguhan untuk jujur mengoreksi diri atas dosa dan perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sehingga kita tidak menganggap enteng atau tidak peduli atas dosa di hadapan Tuhan. Dengan kesungguhan mau merubah kehidupan kita kepada hidup baru yang Tuhan inginkan dari kita, kita menanti kedatangan Tuhan kembali, dan benar-benar siap akan kehidupan yang penuh dengan sukacita yang dijanjikan-Nya. Saat hari-Nya tiba, kita bukanlah bagian dari orang-orang yang akan dimurkai oleh Tuhan, tetapi menjadi bagian dari orang-orang yang akan hidup dalam keselamatan-Nya.
Keberhasilan dan kegagalan hidup memang silih berganti. Namun, sering kali kita sendirilah penyebab kegagalan hidup kita itu. Pemazmur pun menggambarkan keadaan umat yang sangat menyedihkan, umat yang telah kenyang menangis dan seolah-olah ditinggalkan Tuhan. Padahal, mereka dulu ibarat pohon anggur yang sangat dipelihara dan disayangi, pohon anggur yang berakar dalam dan bertumbuh lebat. Kini, pohon anggur itu rusak dan tidak dipedulikan lagi. Namun, semua itu terjadi karena memang Israel tidak taat kepada Tuhan dan membuat-Nya murka. Dalam situasi ini, pemazmur memohon agar Tuhan datang dan melihat. Pemazmur berharap Tuhan berbelas kasihan dan memberi Israel kesempatan kembali. Saat kita berada di titik terendah kehidupan, kita cenderung menyalahkan banyak hal, kecuali diri sendiri. Padahal, bisa jadi diri kita sendirilah penyebabnya. Karena itu, kita pun perlu berani terbuka dan mengevaluasi diri sendiri.
“Saya kan sudah selamat, saya sudah mendapat jaminan hidup yang kekal, jadi saya tidak perlu berbuat apapun untuk Tuhan.” Kalimat dan perilaku seperti ini bukanlah perilaku yang diharapkan Tuhan. Kecenderungan kita sebagai orang percaya untuk menerima keselamatan tanpa mau berbuat apapun adalah sikap yang patut diwaspadai dan bukan mencerminkan karakter anak-anak Tuhan. Paulus juga menegaskan kembali mengenai segala pencapaian dan kekayaan yang berhasil didapatkan dalam berbagai aspek dari orang Kristen di Korintus, bukanlah karena kehebatan mereka melainkan semata-mata karena kasih karunia Allah. Saat ini pun, kita tahu bahwa setiap orang Kristen mempunyai kesempatan yang sama untuk mengalami kasih karunia Allah itu. Ketika kita mengalami kasih karunia Allah, baik secara materiil maupun spirituil, kita seharusnya melibatkan Roh Kudus agar kita mampu bertransformasi dalam hidup kita dan berdampak untuk lingkungan kita demi kemuliaan Allah. Bukan justru menjadi penerima pasif, hidup dalam zona nyaman dan tidak mau keluar dari status-quo keegoisan kita. Sebab dengan demikian, tugas kita sebagai umat yang diselamatkan belumlah selesai.
Apa yang diberikan Tuhan sungguh merupakan sesuatu yang luar biasa besar. Untuk itu, sudah selayaknya kita bersyukur. Wujudkan rasa syukur itu lewat segala perbuatan baik berdasarkan kasih, di mana lewat itu semua kita bisa memuliakan Tuhan. Ingatlah bahwa merupakan sebuah kehormatan besar jika kita menerima panggilan untuk melayani Tuhan. Ikut serta dalam karya Tuhan menyelamatkan dunia dengan cara berkontribusi dan berdampak positif bagi dunia di mana kita ada.
Kebanyakan umat dan gereja hanya sibuk mempersiapkan diri untuk merayakan Natal, yaitu mengingat kedatangan Yesus yang pertama. Tetapi seberapa jauh kita terus berjuang mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan kembali Tuhan Yesus dalam kemuliaan?
Sesuai dengan janji-Nya pada saat hendak naik ke Surga, bahwa Ia akan datang kembali. Ia sudah datang untuk yang pertama sebagai bayi manusia, kemudian dalam usia dewasa tahun Ia melayani dan memberitakan kabar baik. Ia mati untuk menebus dosa manusia, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati dan naik ke Surga. Ia berjanji bahwa Ia akan datang kembali. Tetapi kedatangan-Nya nanti adalah di dalam kemuliaan. Ia akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, serta memberikan mahkota kemuliaan bagi umat percaya yang telah menang.
Demikian juga bila mereka melihat tanda-tanda kedatangan-Nya, hendaklah mereka mengetahui bahwa waktu kedatangan Tuhan sudah dekat, sudah di ambang pintu. Tuhan Yesus telah memberitahukan tanda-tanda kedatangan-Nya Kembali. Dan tanda-tanda kedatangan-Nya antara lain, munculnya nabi palsu dan mesias palsu yang hendak menyesatkan manusia, terjadi penganiayaan berat, deru perang atau kabar-kabar tentang perang, gempa bumi di berbagai tempat, kelaparan dan penyakit menular, serta Injil diberitakan ke seluruh dunia. Meskipun kita tidak tahu dengan pasti kapan Tuhan datang, tetapi dengan melihat tanda-tanda kedatangan-Nya, kita dapat mengetahui bahwa hari kedatangan-Nya sudah dekat.
Kita tidak tahu kapan hari kedatangan-Nya, oleh karena itu kita harus senantiasa waspada dan berjaga-jaga. Ingatlah perkataan Tuhan: “Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.” [MEK]