MENANGKAP MOMENTUM HIDUP

Tidak ada kesenangan yang tidak berlalu dan tidak ada kedukaan yang tinggal tetap. Kita hidup di dunia yang penuh dengan perubahan dan kesempatan. Setiap hari, kita dihadapkan dengan momen-momen yang dapat mengubah arah hidup kita. Kita dihadapkan dengan pilihan untuk mengambil langkah maju atau tetap berada di tempat kita.

Bacaan demi bacaan Alkitab pada minggu ini akan mengantar kita pada kesadaran akan pentingnya melihat perjalanan hidup adalah tentang Tuhan yang memampukan kita menangkap momen atau momentum penting dalam hidup kita bersama-Nya dan dunia di mana kita berada.

Dalam Yunus pasal 3, kita melihat bagaimana Tuhan memberikan Yunus kesempatan kedua untuk menangkap momentum yang telah disediakan-Nya. Yunus, yang sebelumnya melarikan diri dari panggilan Tuhan, akhirnya mematuhi dan pergi ke Niniwe untuk menyampaikan pesan Tuhan. Hasilnya, seluruh kota Niniwe bertobat dan diselamatkan dari kehancuran. Ini adalah contoh yang jelas tentang bagaimana menangkap momentum yang Tuhan berikan dapat membawa perubahan besar bukan hanya bagi kita tapi juga bagi orang lain bahkan bagi seluruh ciptaan. Hal lain yang dapat kita lihat pada cerita ini adalah bahwa kegagalan Yunus menangkap maksud penyelamatan Tuhan tak akan begitu saja menjadi penghalang bagi perubahan besar penyelamatan Tuhan pada umat yang dicintai-Nya.

Momentum hidup yang diberikan Tuhan sering kali melibatkan panggilan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Mazmur 62:6-13 menekankan betapa pentingnya menaruh harapan pada Tuhan dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Seringkali kita dihadapkan pada berbagai tantangan dan goncangan. Namun, Mazmur mengingatkan kita untuk bertumpu sepenuhnya pada Tuhan, karena hanya Dia lah yang menjadi dasar kehidupan kita. Pemazmur mengajarkan kita tentang kekuatan yang ditemukan dalam Tuhan dan mengingatkan kita bahwa hanya di dalam Tuhan kita menemukan kekuatan dan harapan.

Kita tidak boleh bergantung pada kekayaan atau status, tetapi pada kasih setia Tuhan yang tidak pernah berubah. Dengan demikian, kita harus siap untuk menangkap momentum yang Tuhan berikan, dengan memusatkan hidup kita pada-Nya. Dalam momentum ketenangan dan kepercayaan ini, kita dapat menemukan kekuatan untuk menangkap panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Hidup ini seperti sebuah perjalanan singkat, dan dalam setiap saatnya, kita perlu menyadari urgensi untuk hidup dengan fokus pada kehendak Tuhan. Momentum hidup kita terletak dalam kesediaan kita untuk menyerahkan hidup ini sepenuhnya kepada-Nya dan hidup dalam kebenaran-Nya. Rasul Paulus menuliskan “waktu telah singkat” (1 Kor 7:29), waktu di sini memakai kata Yunani “kairos” dalam artian momentum yang baik (tepat). Ini bukan mengenai kronologi yang diperpendek atau diperpanjang, tetapi jam penentuan dari pembebasan Ilahi, Dimana dalam selang waktu singkat yang masih ada (tersisa), agar orang beriman hendaknya tidak lagi peduli dengan urusan yang terlalu lahiriah.

Paulus bukan bermaksud mendorong kita untuk mencari dan memelihara ketenangan yang tenang setiap saat ala pemahaman Stoa (Stoikesme). Paulus prihatin dengan komitmen umat Tuhan dalam memusatkan pengabdian dirinya untuk kepentingan Tuhan. Orang-orang yang tidak lagi melekatkan diri pada harta bendanya (1 Kor 7:31), suatu Langkah komitmen sebagai portal untuk semakin bebas dalam melayani Tuhan karena tidak ada kemelakata pada apapun yang berpeluang menjadi gangguan (1 Kor 7:35). Menangkap momentum hidup berarti hidup dengan penuh komitmen dan pengabdian kepada Tuhan, tanpa terikat oleh hal-hal duniawi yang fana.

Melepaskan segala sesuatu yang terikat dan melekat pada kita coba digambarkan dengan jelas oleh penulis Injil Markus di saat Yesus memanggil murid-Nya. Para murid menangkap momentum hidup mereka ketika mendengar panggilan-Nya dan segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Kristus. Kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang serupa – meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi kita untuk sepenuhnya memusatkan pengabdian kepada Tuhan. Kita perlu bersedia meninggalkan hal-hal yang mungkin menghalangi kita untuk mengejar panggilan Tuhan. Menangkap momentum hidup berarti memiliki komitmen untuk memusatkan pengabdian kita demi kepentingan Tuhan.

Teks-teks bacaan saat ini, mengajak kita untuk dapat melihat layaknya lensa perbesar (zoom out) ataupun perkecil (zoom in) untuk memastikan agar tidak melewatkan momen maupun momentum penting. Setiap momen adalah anugerah dari Tuhan. Setiap pengalaman sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, baik itu sukses maupun kegagalan. Kita harus peka terhadap tanda-tanda waktu dan mengenali peluang yang Tuhan berikan. Umat Tuhan haruslah melibatkan diri bahwa momentum hidup bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk diambil bagian. Pengabdian dan keterlibatan kita menunjukkan komitmen kita terhadap rencana Tuhan dan ekspresi cinta kita kepada-Nya.

Mari kita tidak hanya menjadi penonton dalam perjalanan hidup ini. Sebaliknya, marilah kita aktif menangkap setiap momentum yang Tuhan berikan dengan hati yang berkomitmen dan tangan yang siap melayani. Dengan demikian, kita akan hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan Tuhan. Komitmen kita membawa dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Amin. [HS]