Salah satu sumber kecemasan terbesar dalam hidup orang percaya adalah tentang dosa dan pengampunan. Dampak yang krusial akibat dari dosa, membuat manusia menjadi hidup tanpa Allah, tidak layak disebut anak-anak Allah dan juga membenci sesamanya. Kejadian 3, menjelaskan kita, betapa besar dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa; tidak hanya putusnya hubungan dengan Allah tetapi juga rusaknya hubungan dengan sesama. Allah yang kudus tidak dapat berjumpa dengan manusia dan sebaliknya manusia yang berdosa tidak layak berkomunikasi dengan Allah. Karena itu, Allah mengutus Yesus sebagai perdamaian Allah dengan manusia. Allah berinisiatif menyelamatkan manusia berdosa dengan mengutus anak-Nya yang tunggal.
Tanpa tindakan/inisiatif Allah dalam kasih-Nya untuk menyelamatkan manusia, maka manusia tetap berada dalam kondisi di bawah ―penghukuman Allah. Keselamatan itu sangat jelas dinyatakan bahwa melalui iman kepada Yesus Kristus, orang percaya diselamatkan oleh anugerah Allah (lih. Yohanes 14:6). Pada diri-Nya satu-satunya jalan, satusatunya kebenaran dan satu-satunya hidup. Jelas sekali di sini, keselamatan hanya melalui Yesus Kristus. Setiap orang, barang siapa atau siapa pun yang percaya kepada Yesus Kristus akan diselamatkan (lih. Yoh. 3:16). Kalau sudah demikian, mengapa masih disebut-sebut adanya dosa yang tak dapat diampuni? Dosa seperti apakah itu yang begitu beratnya sampai tak terampuni? Adakah kemampuan Yesus Kristus untuk mengampuni dosa manusia ternyata memiliki keterbatasan?